Selasa, 08 Mei 2012

artikel


KETIKA NASIONALISME DIPERTANYAKAN

Setiap hari Senin, tepatnya pagi hari selalu diadakan upacara bendera di sekolah. Semua personil dalam sekolah wajib mengikutinya. Rangakaian demi rangkaian terus diikuti, mulai dari penaikan bendera merah putih yang disertai lagu Indonesia Raya, sampai dengan pembacaan doa. Mungkin kita semua sudah hapal rangakaian tersebut. Seharusnya ada makna yang bisa diambil dari kegiatan itu. Salah satu makna paling menonjol dari kegiatan upacara bendera adalah sikap nasionalisme.
Menurut Ernest Renan, yang juga dikenal sebagai bapak nasionalisme bahwa nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara. Berbicara mengenai kehendak berarti ada hasrat yang cukup kuat untuk meraihnya. Hasrat tersebut biasanya didorong oleh beberapa faktor, tergantung dari individu itu sendiri sehingga timbul rasa cinta kepada tanah air. Kita sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa dan negara Indonesia. Kebanggaan dan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara tidak berarti kita merasa lebih hebat dan lebih unggul daripada bangsa dan negara lain. Kita tidak boleh memiliki semangat nasionalisme yang berlebihan (chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan sikap saling menghormati, menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.
Dewasa ini nasionalisme terhadap bangsa Indonesia mengalami pengikisan yang dapat berdapak pada persatuan. Salah satu hal yang mencoba meruntuhkan benteng persatuan indonesia adalah adalah adanya gerakan separatisme dibeberapa daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) salah satunya adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah organisasi separatisme yang menentang pemerintahan yang sah dengan gerakan makarnya dan berada di wilayah Papua Barat. Sebelum era reformasi, provinsi yang sekarang terdiri atas Papua dan Papua Barat ini disebut dengan nama Irian Jaya. OPM ditengarai sering melakukan aksi kekerasan dan melakukan penyerangan bersenjata terhadap warga sipil termasuk TNI dan Polri di berbagai wilayah Papua untuk menciptakan ketidakstabilan. Pemerintah menurunkan TNI dan Polri untuk melakukan penumpasan terhadap gerombolan OPM yang sudah sangat meresahkan warga.
Terhitung sejak Desembe2011 hingga sekarang saya telah berada disalah satu peta persebaran OPM yaitu di Papua Barat tepatnya di kabupaten Manokwari. Aku yang dulunya hanya bisa menyaksikan demonstrasi masyarakat Papua untuk memerdekakan diri lewat layar kaca, sekarang saya sudah menyaksikan demontrasi mereka secara lansung. Bukan hanya demonstrasi yang dapat saya saksikan akan tetapi ada banyak hal yang dapat saya saksikan yang bebrbau oraganisasi yang berlambang bintang kejora itu, seperti bendera OPM, baju yanng bergambar bendera OPM, Noken (tas tradisional Papua) yang bermotif bintang kejora, samapai rumah yang dicat menyerupai warna bendera OPM.
Atribut-atribut yang berbau OPM bukan hanya dikenakan oleh orang dewasa melainkan anak-anak juga sudah mengenakankanya, sungguh pemandangan yang ironis. Sikap nasionalisme yang seharusnya ditanamkan sejak dini malah dihambat oleh adanya gerakan separatis tersebut. Sebagai Guru di sekolah saya sering melihat para siswa saya mengenakan atribut yang melambangkan OPM Misalnya pada Noken yang mereka pakai bahkan ada siswa yang mampu menggambar bendera OPM, hal tersebut saya jumpai pada buku tugas dan catatan mereka, pernah saya berpikir apakah bendera Merah Putih tidak menarik buat mereka? Sebagaimana pada Zaman saya sekolah dulu, saya juga senang menggambar di bagian belakan buku catatan, dan biasanya gambar tersebut adalah sesuatu yang menarik bagi kita, darisitu saya berpikir apakah OPM ini adalah menarik bagi mereka? Sungguh suatu keadaan yang membutuhkan perhatian yang serius.
Diera Presiden BJ. Habibi kita berpisah dengan saudara kita di Timortimor yang sekarang kita kenal Negara Timor Lestei, dan sekarang ancaman serupa sementara hadir didepan mata kita. Haruskah kita juga kehilagan untuk yang kedua kalinya? Haruskah kita kehilangan Mutiara Hitam dari timur? Jawabannya “TIDAK” dan berharap tidak akan pernah. Oleh karena itu sekarang saya sadar bahwa untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bukan hanya tugas TNI semata akan tetapi juga tugas seluruh elemen masyarakat termasuk seorang Guru sehingga Sang Saka Merah Putih tetap berkibar di Ujung timur Indonesia.

Manokwari , 27 April 2012
Oleh :Ahmad Iqbal, S.Pd ( Peserta SM-3T penempatan Kabupaten Manokwari, Papua Barat)

Minggu, 26 Februari 2012

SMA negeri 1 Warmare

Hari ini tepat dua bulan di Sma negeri 1 warmare, alahamdulilllah selama ini keadaanku baik-baik saja. namanya kehidupan ada suka ada duka, tapi dapat kulalui dengan menyenangkan.