KETIKA NASIONALISME
DIPERTANYAKAN
Setiap hari Senin,
tepatnya pagi hari selalu diadakan upacara bendera di sekolah. Semua
personil dalam sekolah wajib mengikutinya. Rangakaian demi rangkaian
terus diikuti, mulai dari penaikan bendera merah putih yang disertai
lagu Indonesia Raya, sampai dengan pembacaan doa. Mungkin kita semua
sudah hapal rangakaian tersebut. Seharusnya ada makna yang bisa
diambil dari kegiatan itu. Salah satu makna paling menonjol dari
kegiatan upacara bendera adalah sikap nasionalisme.
Menurut Ernest Renan,
yang juga dikenal sebagai bapak nasionalisme bahwa nasionalisme
adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara. Berbicara mengenai
kehendak berarti ada hasrat yang cukup kuat untuk meraihnya. Hasrat
tersebut biasanya didorong oleh beberapa faktor, tergantung dari
individu itu sendiri sehingga timbul rasa cinta kepada tanah air.
Kita sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan
mencintai bangsa dan negara Indonesia. Kebanggaan dan kecintaan kita
terhadap bangsa dan negara tidak berarti kita merasa lebih hebat dan
lebih unggul daripada bangsa dan negara lain. Kita tidak boleh
memiliki semangat nasionalisme yang berlebihan (chauvinisme) tetapi
kita harus mengembangkan sikap saling menghormati, menghargai dan
bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.
Dewasa ini nasionalisme
terhadap bangsa Indonesia mengalami pengikisan yang dapat berdapak
pada persatuan. Salah satu hal yang mencoba meruntuhkan benteng
persatuan indonesia adalah adalah adanya gerakan separatisme
dibeberapa daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
salah satunya adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Organisasi Papua Merdeka
(OPM) adalah sebuah organisasi separatisme yang menentang
pemerintahan yang sah dengan gerakan makarnya dan berada di wilayah
Papua
Barat. Sebelum era reformasi,
provinsi yang sekarang terdiri atas Papua
dan Papua
Barat ini disebut dengan nama Irian
Jaya. OPM ditengarai sering melakukan
aksi kekerasan dan melakukan penyerangan bersenjata terhadap warga
sipil termasuk TNI dan Polri di berbagai wilayah Papua untuk
menciptakan ketidakstabilan. Pemerintah menurunkan TNI dan Polri
untuk melakukan penumpasan terhadap gerombolan OPM yang sudah sangat
meresahkan warga.
Terhitung sejak
Desembe2011 hingga sekarang saya telah berada disalah satu peta
persebaran OPM yaitu di Papua Barat tepatnya di kabupaten Manokwari.
Aku yang dulunya hanya bisa menyaksikan demonstrasi masyarakat Papua
untuk memerdekakan diri lewat layar kaca, sekarang saya sudah
menyaksikan demontrasi mereka secara lansung. Bukan hanya demonstrasi
yang dapat saya saksikan akan tetapi ada banyak hal yang dapat saya
saksikan yang bebrbau oraganisasi yang berlambang bintang kejora itu,
seperti bendera OPM, baju yanng bergambar bendera OPM, Noken (tas
tradisional Papua) yang bermotif bintang kejora, samapai rumah yang
dicat menyerupai warna bendera OPM.
Atribut-atribut yang
berbau OPM bukan hanya dikenakan oleh orang dewasa melainkan
anak-anak juga sudah mengenakankanya, sungguh pemandangan yang
ironis. Sikap nasionalisme yang seharusnya ditanamkan sejak dini
malah dihambat oleh adanya gerakan separatis tersebut. Sebagai Guru
di sekolah saya sering melihat para siswa saya mengenakan atribut
yang melambangkan OPM Misalnya pada Noken yang mereka pakai bahkan
ada siswa yang mampu menggambar bendera OPM, hal tersebut saya jumpai
pada buku tugas dan catatan mereka, pernah saya berpikir apakah
bendera Merah Putih tidak menarik buat mereka? Sebagaimana pada Zaman
saya sekolah dulu, saya juga senang menggambar di bagian belakan buku
catatan, dan biasanya gambar tersebut adalah sesuatu yang menarik
bagi kita, darisitu saya berpikir apakah OPM ini adalah menarik bagi
mereka? Sungguh suatu keadaan yang membutuhkan perhatian yang serius.
Diera Presiden BJ. Habibi
kita berpisah dengan saudara kita di Timortimor yang sekarang kita
kenal Negara Timor Lestei, dan sekarang ancaman serupa sementara
hadir didepan mata kita. Haruskah kita juga kehilagan untuk yang
kedua kalinya? Haruskah kita kehilangan Mutiara Hitam dari timur?
Jawabannya “TIDAK” dan berharap tidak akan pernah. Oleh karena
itu sekarang saya sadar bahwa untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) bukan hanya tugas TNI semata akan tetapi
juga tugas seluruh elemen masyarakat termasuk seorang Guru sehingga
Sang Saka Merah Putih tetap berkibar di Ujung timur Indonesia.
Manokwari , 27 April 2012
Oleh :Ahmad Iqbal, S.Pd (
Peserta SM-3T penempatan Kabupaten Manokwari, Papua Barat)